Reproduksi Sel Sebagai Dasar Pewarisan Sifat

Reproduksi sel dikatakan sebagai dasar pewarisan sifat  karena pada reproduksi sel terjadi peristiwa yang sangat penting yaitu mitosis yang terjadi pada sel-sel somatis, dan meiosis yang tejadi sel-sel kelamin. Akibat dari peristiwa ini terjadi variasi dalam susunan gen yang ada dalam kromosom. Macam gamet pada setiap individu dapat berbeda-beda. Bagaimana terjadinya proses pewarisan kromosom yang bersifat diploid dan haploid ini dengan berbagai kemungkinan variasi gen yang dikandungnya akan dibahas dalam pembelahan mitosis dan meiosis.
2.3.1 Mitosis
Gamet betina (n-kromosom) setelah dibuahi oleh gamet jantan (n-kromosom) akan menghasilkan zigot yang bersifat diploid (2n-kromosom). Dalam perkembangannya zigot akan mengalami pembelahan berkali-kali secara mitosis yang melalui fase-fase sebagai berikut :
(1) Interfase
Fase ini sering juga disbut fase istirahat. Pada fase ini sel siap untuk membelah, tetapi belum memperlihatkan kegiatan membelah. Inti sel nampak keruh, dan lambat laun kelihatan benang-benang kromatin yang halus.
(2) Profase
Fase ini ditandai dengan kondensasi benang-benang kromatin yang semakin memendek dan akhirnya terbentuk unit-unit yang disebut kromosom. Masing-masing kromosom terdiri dari belahan lengan yang disebut kromatida. Pada saat kondensasi kromosom berlangsung, organela mitokondria dan plastida mulai menghilang, membran inti menghilang, kromosom berpindah ke bagian tengah, benang spindel mulai muncul dari kedua kutub yang berlawanan dan berhubungan langsung dengan sentromer. Pada hewan, muncul sentriol. Lama waktu profase dapat berlangsung satu jam sampai beberapa jam.
(3) Matafase
Fase ini ditandai dengan benang spindel semakin nyata, kromosom bergerak menuju bidang pembelahan (equatorial) yang terletak ditengah-tengah keduan kutub. Pada akhir metafase yang berlangsung pendek sekitar 5-15 menit, seluruh kromosom sudah berada di bidang pembelahan.
(4) Anafase
Pada fase ini kromosom membelah mulai sentromer menjadi dua anakan yang sama dengan kromosom induk (2n-kromosom). Pada awal anafase, kromosom mulai bergerak ke arah kutub-kutub yang berlawanan. Anafase berakhir pada saat kromosom sudah sampai pada kutub-kutub yang berlawanan. Lama waktu yang diperlukan fase ini sekitar 2-10 menit.
(5) Telofase
Pada fase ini kromosom sudah berada di kutub-kutub yang berlawanan. Membran inti terbentuk kembali, kromosom menjadi samar-samar dan akhirnya lenyap. Anakan inti terbentuk, demikian pula jalinan endoplasmik  retikulum.  Pada akhir telofase yang berlangsung sekitar 10-30 menit terbentuk dua sel anakan yang persis sama dengan iduknya.





 



Gambar 05           : Pembelahan Mitosis
Sumber                  : Suryo, (1995)
 
 

2.3.2 Meiosis
Meiosis adalah pembelahan sel yang terjadi pada sel kelamin (gonad), yaitu pada saat terjadinya pembentukkan gamet (gametogenesis). Dalam pembelahan ini terjadi pengurangan jumlah kromosom dari 2n-kromosom menjadi n-kromosom.
Pembelahan meiosis berlangsung melalui dua tingkat yaitu meiosis – I  dan meiosis – II. Tahapan meiosis berlangsung sebagai berikut :
(1) Meiosis – I
(a) Profase – I
Meiosis – I mempunyai tahapan seperti mitosis, hanya tahapan profasenya memiliki kekhasan, yang terdiri dari lima stadium yaitu leptotenema (leptoten), zigonema (zigoten), pakinema (pakiten), diplonema (diploten),   dan diakinesis.
a.1 Leptonema (Leptoten)
Pada inti kelihatan benang-benang halus berstruktur kromosom yang bersifat diploid.
a.2 Zigonema (Zigoten)
Kromosom homolog saling mendekat lalu berpasangan (sinapsis) yang dimulai pada sentromer. Pasangan kromosom homolog ini disebut gemini atau bivalen.
a.3 Pakinema (Pakiten)
Pembentukkan gemini sempurna, sehingga jumlah kromosom menjadi haploid.
a.4 Diplonema (Diploten)
Kromosom yang ada dalam bentuk gemini tersebut membelah secara membujur menjadi 4-kromatida (tetrad) yang saling berjauhan. Pada saat pembentukkan tetrad sangat memungkinkan terbentukknya kiasmata yang memungkinkan terjadi pindah silang (Crossing over).
a.5 Diakinesis
Pada stadium ini, kromosom memendek – menebal, dan mereka tersebar di sepanjang tepi inti.
(b) Metafase – I
Pada metafase – I, dinding inti dan nukleoli lenyap, diikuti dengan terbentuknya benang-benang spindel. Kromosom (bivalen) bergerak menuju bidang pembelahan (equatorial) secara acak dengan sentromrt mengarah ke kutub.
(c) Anafase – I
 Pada fase ini kromosom-kromosom homolog (bivalen) yang terdiri dari dua kromatid (diad) saling memisahkan diri dan ditarik oleh benang-benang spindel ke arah kutub yang berlawanan. Ini berarti bahwa  jumlah kromosom telah mengalami pengurangan jumlah kromosom.
(d) Telofase – I
Pada fase ini terjadi sitokinesis (pembelahan sel menjadi dua sel anakan yang masing-masing bersifat haploid). Meiosis – I berakhir, dan segera menuju ke meiosis – II. Waktu istirahat antara meiosis – I dan meiosis –II sangat singkat yang disebut dengan interkinesis.
(2) Meiosis – II
Meiosis – II berlangsung seperti mitosis, hanya saja terjadi pada sel-sel yang bersifat haploid, dengan tahapan sebagai berikut :
(a) Profase – II
Benang-benang kromatin terbentuk kembali, kemudian memendek-menebal menjadi kromosom.
(b) Metafase – II
Kromosom menempatkan diri pada bidang equtorial/pembelahan.
(c) Anafase – II
Tiap kromosom yang berasal dari diad membelah membujur, memisahkan diri, bergerak masing-masing ke arah kutub  yang berlawanan.
(d) Telofase – II
Pada fase ini kromosom yang sudah berada d kutub yang berlawanan menjadi semakin tebal dan jelas, membran inti terbentuk kembali, terjadi sitokinesis, sehingga terbentuk sel anakan baru yang jumlahnya 4 buah sel tetapi bersifat haploid (n-kromosom).




 


Gambar 06 :  Meiosis berlangsung  melalui dua  tahap
Sumber       : Suryo (1995)
 
 

2.3.3 Gametogenesis
Pada mahluk tingkat tinggi seperti manusia gametogenesis ada dua macam, yaitu spermatogenesis dan oogenesis. Sementara pada tumbuhan tingkat tinggi proses ini di sebut dengan mikrosporogenesis  dan megasporogenesis. Hasil akhir dari meiosis biasanya tidak langsung berupa gamet. Mereka masih memerlukan waktu agar dapat berfungsi sebagai gamet yang disebut dengan istilah maturasi (dewasa).
2.3.3.1 Gametogenesis Pada Manusia
(1) Spermatogenesis
Merupakan proses pembentukkan spermatozoa hewan jantan dan orang laki-laki. Sel-sel primordial diploid dalam testis membelah secara mitosis membentuk spermatogonium. Spermatogonium tumbuh menjadi spermatosit primer (diploid) yang kemudian membelah secara meiosis. Dari spermatosit primer dihasilkan dua spermatosit sekounder yang bersifat haploid. Selanjutnya sel-sel ini akan mengalami pembelahan meiosis – II, dan menghasilkan 4 spermatid haploid. Selama maturasi spermatid akan berkembang menjadi spermatozoa.


 
 

Gambar 07 : Bagan Spermatogenesis pada hewan       dan manusia
 
           
(2) Oogenesis
Sel primordial dilpoid dalam ovarium yang disebut oogonium, tumbuh menjadi oosit primer (2n). Oosit primer mengalami meiosis –I menghasilkan oosit sekunder (sebuah sel yang besar) dan badan kutub primer (sebuah sel yang kecil), yang masing-masing bersifat haploid. Badan kutub selanjutnya mengalami degenerasi dan tidak ikut berperan dalam  fertilisasi. Pada meiosis – II dari oosit sekunder  dihasilkan dua sel yang tidak sama besar, yang disebut dengan ootid dan yang kecil disebut badan kutub sekunder. Dalam proses maturasi ootid berkembang menjadi ovum, sedangkan badan kutub tidak berfungsi.





 



Gambar 08 : Bagan oogenesis  pada hewan       dan manusia
 
 

2.3.3.2 Gametogenesis Pada Tumbuhan Tinggi                           
            (1) Mikrosporogenesis
Mikrosporogenesis adalah gametogenesis yang berlangsung dibagian jantan dari bunga yang disebut dengan kepala sari (antera) yang, menghasilkan serbuk sari (pollen).
Sel induk mikrospora  (mikrosporosit) yang bersifat diploid yang terdapat di dalam antera mengalami meiosis – I menghasilkan sepasang sel haploid. Sel tersebut selanjutnya mengalami meiosis – II, menghasilkan 4-mikrospora haploid yang berkelompok menjadi satu. Inti dari setiap mikrospora mengalami karyokinesis (pembelahan inti) sehingga di dalamnya terdapat dua inti haploid yang masing-masing disebut inti saluran serbuk sari (inti vegetatif/inti tabung) dan inti generatif. Setelah terbentuk serbuk sari, inti generatif (inti sperma) membelah secara mitosis tanpa disertai sitokinesis, sehingga terbentuk dua inti sperma. Dalam serbuk sari yang matang akan terdapat tiga buah inti yaitu dua inti generatif dan satu inti  vegetatif.
            (2) Megasporogenesis
Megasporogenesis adalah gametogenesis pada ovarium atau bakal buah yang menghasilkan kandungan lembaga. Megasporosit yang merupakan sel induk megaspora yang bersifat diploid dalam ovarium mengalami meiosis – I menghasilkan dua sel haploid. Pada meiosis – II dihasilkan empat megaspora  haploid yang berderet. Tiga megaspora mengalami degenerasi lalu mati. Satu megaspora yang masih hidup mengalami pembelahan  kromosom sebanyak tiga kali  berturut-turut tanpa diikuti dengan sitokinesis. Dari peristiwa ini menghasilkan sebuah sel besar yang disebut kandung lembaga muda yang mengandung 8 inti haploid dan dilindungi oleh integumen, tetapi diujungnya terdapat sebuah liang kecil yang disebut mikrofil sebagai tempat masuknya saluran serbuk sari ke dalam kandung lembaga. Tiga dari 8 inti haploid tadi menepatkan diri di dekat mikrofil. Dari tiga inti ini, dua diantaranya disebut sinergid mengalami degenerasi, dan yang satu berkembang menjadi ovum. Tiga buah inti lainnya yang disebut antipoda bergerak ke arah ujung yang berlawanan, dua inti sisanya bersatu di tengah kandung lembaga menjadi sebuah inti yang diploid (2n) yang disebut inti kutub (inti polar).
Pada saat pembuahan, salah satu inti sperma akan membuahi ovum menghasilkan zigot yang akan berkembang menjadi embrio. Inti sperma yang lain akan membuahi inti kandung lembaga yang diploid menghasilkan inti triploid (3n) yang selanjutnya akan mengalami pembelahan berkali-kali membentuk jaringan putih lembaga (jaringan endosperm) yang digunakan oleh embrio untuk pertumbuhan.
Setelah terbentuk gamet seperti di atas, selanjutnya Mendel mengemukakan suatu cara mencari gamet suatu individu  dengan genotipe tertentu. Berdasarkan prinsip segregasi (pemisahan secara bebas), yaitu seperti pada Tabel 02 sebagai berikut.
Tabel 02. Jumlah Gamet pada Berbagai Genotipe Individu
No
Genotipe Individu
Jumlah Gamet
Macam Gamet
1
2
3
4
5
6
7
8
BB
BBKK
BBKKMM
Bb
BbKK
BbKk
BbKKMm
BbKkMm
1 macam
1 macam
1 macam
2 macam
2 macam
4 macam
4 macam
8 macam
B
BK
BKM
B dan b
BK dan bK
BK, Bk, bK, dan bk
BKM, BKm, bKM, dan bKm
BKM, BKm, BkM, Bkm, bKM, bKm, bkM, dan bkm
Sumber : Daroji & Haryati (2007)
Berdasarkan tabel 02 di atas, dapat dirumuskan bahwa jumlah gamet dalam suatu genotipe individu adalah 2n, dimana n adalah jumlah alel yang heterozigot, misalnya sebagai berikut :
a)      Jika jumlah alel heterozigot adalah 0, jumlah macam gametnya adalah 20 = 1 macam. Contoh: gamet BB tidak memiliki alel heterozigot, atau n = 0, sehingga jumlah gametnya 20 = 1 macam, dan macam gametnya  hanya B saja.
b)      Jika jumlah alel heterozigot adalah 1, jumlah macam gametnya adalah 21 =  2 macam. Contoh: gamet Bb memiliki 1 alel heterozigot, atau n = 1, sehingga jumlah gametnya 21 = 2 macam, dan macam gametnya  adalah B dan b.
c)      Jika jumlah alel heterozigot adalah 2, jumlah macam gametnya adalah 22 = 4 macam. Contoh: gamet BbKk memiliki 2 alel heterozigot, atau n = 2, sehingga jumlah gametnya 22 = 4 macam, dan macam gametnya  BK, Bk, bK, dan bk.
Selanjutnya, untuk menentukan jumlah macam gamet, sifat beda serta kemungkinan kombinasi genotipe atau fenotipe pada keturunan kedua (F2) dapat dilihat pada Tabel 03 sebagai berikut.
Tabel 03. Kombinasi Genotipe dan Fenotipe
Jumlah Sifat Beda
Jumlah Macam Gamet
Macam Kemungkinan Genotipe F2
Jumlah Kemungkinan Fenotipe F2
Perbandingan
Fenotipe F2
1
2
3
4
5
n
21 = 2
22 = 4
23 = 8
24 = 16
25
2n
3
9
27
81
35
3n
2
4
8
16
25
2n
3 : 1
9 : 3 : 3 : 1
27 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 1
81 : 27 : 27 : 27 : 27 : 9 : 9 : 9 : 9 : 9 : 9 : 3 : 3 : 3 : 3 : 1
243 : 81 dst
3n : …dst
Sumber : Sarna, dkk (2000)
 
 
sumber : http://gedejoniarta.blogspot.co.id/2013/02/pewarisan-sifat.html
Labels: Biologi
Back To Top