2.5.1
Definisi Kromatografi Lapis Tipis (KLT)
Kromatografi merupakan suatu
prosedur pemisahan zat terlarut oleh
suatu proses migrasi diferensial dinamis salam sistem yang terdiri dari dua
fase atau lebih, salah satu diantaranya bergerak secara berkesinambungan dalam
arah tertentu dan didalamnya zat-zat itu menunjukkan perbedaan mobilitas
disebabkan adanya perbedaan dalam absorbsi, partisi, kelarutan, tekanan uap,
ukuran molekul atau kerapatan muatan ion, sehingga masing-masing zat dapat
diidentifikasi atau ditetapkan dengan metode analitik (Depkes, 1995).
2.5.2
Prinsip Pemisahan pada KLT
Pemisahan
kromatografi planar (kromatografi kertas dan kromatografi lapis tipis) pada
umumnya dihentikan sebelum semua fase gerak melewati seluruh permukaan fase
diam. Solut pada kedua kromatografi ini dikarakterisasi dengan jarak migrasi solute
terhadap jarak ujung fase geraknya.
Nilai maksimum Rf adalah 1 dan akan dicapai ketika
solute mempunyai perbandingan distribusi (D) dan faktor retensi (k’) sama
dengan 0 yanng berarti solute bermigrasi dengan kecepatan yang sama dengan fase
gerak. Nilai minimum Rf adalah 0 dan akan tercapai jika solut tertahan pada
posisi titik awal di permukaan fase diam (Gandjar & Rohman, 2007).
Sorpsi
merupakan proses pemindahan solut dari fase gerak ke fase diam, sedangkan
pemindahan solut dari fase diam ke fase gerak yang disebut desorpsi. Proses ini
terjadi selama pemisahan kromatografi
karena sistemnya berada dalam kesetimbangan dinamis. Solut akan
terdistribusi diantara dua fase yang bersesuaian dengan perbandingan
distribusinya (D) untuk menjaga keadaan kesetimbangan ini. Ada 4 jenis
mekanisme sorpsi dasar dan umumnya 2 atau lebih mekanisme ini terjadi dalam 1
jenis kromatografi. Mekanisme tersebut yaitu adsorbs, partisi, pertukaran ion,
dan eksklusi ukuran.
1. Adsorpsi
Adsorpsi merupakan penyerapan pada permukaannya
saja. Adsorpsi pada permukaan melibatkan interaksi-interaksi elektrostatik
seperti ikatan hydrogen, penarikan dipole-dipol, dan penarikan yang diinduksi
oleh dipole. Solut akan bersaing dengan fase gerak untuk berikatan dengan
sisi-sisi polar pada permukaan adsorben. Adsorpsi solute oleh fase diam atau
oleh adsorben sangat tergantung pada (a) struktur kimia solut atau adanya gugus
aktif tertentu yang berinteraksi dengan adsorben; (b) ukuran partikel adsorben.
Semakin kecil ukuran partikel adsorben, maka luas permukaannya semakin luas
sehingga interaksinya dengan solute juga semakin luas; (c) kelarutan solut
dalam fase gerak. Solut yang makin mudah larut dalam fase gerak akan semakin
mudah lepas dari fase diam (Gandjar & Rohman, 2007).
2. Partisi
Partisi merupakan proses sorpsi yang analog dengan
ekstraksi pelarut. Fase diam cair diikatkan pada padatan lapis tipis yang
inert. Karena fase diam cair diikatkan pada padatan pendukung maka masih
diperdebatkan apakah proses sorpsinya merupakan partisi murni atau partisi yang
dimodifikasi (modified partition)
karena adsorpsi juga mungkin terjadi. Dalam partisi yang sebenarnya (true partition ) solut akan
terdistribusi diantara fase gerak dan fase diam sesuai dengan kelarutan
relative diantara keduanya. Mekanisme ini hanya terjadi dalam kromatografi
gas-cair (Gandjar & Rohman, 2007).
3. Pertukaran
ion
Pertukaran ion merupakan proses yang mana
solute-solut ion dalam fase gerak dapat bertukar dengan ion-ion yang bermuatan
sama yang terikat secara kimiawi pada fase diam. Fase diam dapat berupa padatan
polimer yang permiabel seperti resin organik yang tidak larut atau silika yang
dimodifikasi secara kimiawi. Fase diam ini mengandung gugus-gugus dengan muatan
yang tetap dan ion-ion lawan yang mobile
(Gandjar & Rohman, 2007).
4. Ekslusi
Eklusi
berbeda dengan mekanisme sorpsi yang lain, yaitu dalam ekslusi tidak ada
interaksi spesifik antara solut dengan fase diam. Teknik pemisahan ini
berdasarkan pada ukuran molekul dari zat pengepak (fase diam). Pengepak adalah
suatu gel dengan permukaan berlubang-lubang sangat kecil (porous) yang inert.Sebagai fase gerak digunakan
cairan. Kromatogram jenis ini sangat dipengaruhi oleh perbedaan bentuk struktur
dan ukuran molekul (Gandjar & Rohman, 2007).
Labels:
Kimia