2.3. Pengobatan gout artritis akut


2.3.1. Terapi nonfarmakologis
            Pasien dianjurkan mengurangi asupan makanan lemak jenuh, daging tinggi purin (misalnya daging organ), meningkatkan asupan caairan dan mengurangi asupan garam. Istirahat selama 1 – 2 hari harus dilakukan, menurangi berat badan dengan pembatasan kalori dan olahraga harus dilakukan. Pembatasan alkohol merupakan hal yang penting, karena konsumsi alkohol berhubungan dengan gejala gout. Alkohol dapat menyebabkan laktat akademia yang dapat mengurangi ekskresi urat di ginjal. Konsumsi alkohol dalam jangka panjang dapat meningkatkan produksi purin yang merupakan hasil konversi asetat menjadi koenzim A dalam metabolisme alkohol (Ernst M E et al., 2008).

2.3.2. Terapi obat (NSAIDs)
            Nonsteroidal antiinflamatory drugs (NSAIDs) merupakan terapi utama gejala akut gout arthritis karena memiliki efikasi yang sangat baik dan memiliki toksisitas yang minimal dengan penggunaan jangka pendek.        
        
    Semua NSAIDs memiliki efek samping potensial yang sama. Daerah yang umum terkena adalah gastrointestinal (gastritis, perdarahan, perforasi), ginjal (nekrosis papiler ginjal, pengurangan klirens kreatinin), sistem kardiovaskular (natrium dan retensi cairan, peningkatan tekanan darah) dan sistem saraf pusat (gangguan fungsi kognitif, sakit kepala, pusing). Perhatian harus diberikan ketika menggunakan NSAIDs pada pasien dengan riwayat ulkus peptikum, gagal jantung kongestif, hipertensi yang tidak terkontrol, insufisiensi ginjal, penyakit arteri koroner,  atau penggunaan bersama dengan antikoagulan, maka NSAIDs tidak boleh diberikan (Ernst M E et al., 2008).

2.3.3 Kolkisin
            Kolkisin merupakan suatu anti – inflamasi yang terutama diindikasikan untuk terapi gout akut selama  beberapa tahun (Katzung B. G., 2007). Kolkisin merupakan antimitotic drug yang sangat efektif mencegah serangan gout akut (Ernst M E et al., 2008).

2.3.3.1. Farmakodinamik
            Sifat antiradang kolkisin spesifik terhadap penyakit gout artritis dan beberapa artritis lainnya, sedang sebagai antiradang umum kolkisin tidak efektif. Kolkisin tidak memiliki efek analgesik.
            Pada penyakit gout artritis kolkisin tidak meningkatkan ekskresi, sintesis atau kadar asam urat dalam darah. Obat ini berikatan dengan protein mikrotubular dan menyebabkan depolimerisasi dan menghilangnya mikrotubul fibrilar granulosit dan sel bergerak lainnya. Hal ini menyebabkan penghambatan migrasi granulosit ke tempat radang sehingga pelepasan mediator inflamasi juga dihambat dan respon inflamasi ditekan (Wilmana P F, Sulistia G., 2007).

2.3.3.2. Farmakokinetika
            Absorbsi melalui saluran cerna baik setelah pemberian peroral. Mencapai plasma level dalam waktu 2jam. Dan dieliminasi dengan waktu paruh 9jam. Metabolit diekskresi dalam saluran usus dan urin (Katzung B. G., 2007).
            Obat ini didistribusi secara luas dalam jaringan tubuh, volume distribusinya 49,5 ± 9,5 L. kadar tinggi didapat didalam ginjal, hati, limpa dan saluran cerna, tetapi tidak terdapat di otot rangka., jantung dan otak. Sebagian besar obat ini diekskresi dalam bentuk utuh melalui tinja, 10 – 20% diekskresi melalui urin. Pada pasien dengan penyakit hati eliminasinya berkurang dan lebih banyak yang diekskresi lewat urin (Wilmana P F, Sulistia G., 2007).

2.3.3.3. Indikasi
            Kokisin adalah obat terpilih untuk penyakit gout artritis. Pemberian harus dimulai secepatnya pada awal serangan dan diteruskan pada sampai gejala hilang atau timbul efek samping yang mengganggu. Gejala penyakit umumnya menghilang 24 – 48 jam setelah pemberian obat. Bila terapi terlambat efektivitas obat berkurang. Kolkisin juga berguna untuk profilaktik serangan penyakit gout arthritis atau mengurangi beratnya serangan. Pasien yang mendapat dosis profilaksismemberikan respon terhadap dosis kecil sewaktu serangan, sehingga efek samping tidak menggangu. (Wilmana P F, Sulistia G., 2007).

2.3.3.4. Dosis
            Dosis kolkisin 0,5 – 0,6 mg tiap jam atau 1,2mg sebagai dosis awal diiukuti 0,5 – 0,6 mg tiap 2 jam sampai gejala penyakit hilang atau gejala saluran cerna timbul. Untuk profilaksis diberikan 0,5 – 1 mg sehari (Wilmana P F, Sulistia G., 2007). Dosis kolkisin oral harus dikurangi menjadi tidak lebih dari 0,6mg setiap hari bila digunakan sebagai profilaksis (Ernst M E et al., 2008).
            Dosis total dapat diberikan secara intravena jika diperlukan, tetapi perlu diingt bahwa dosis 8 mg atau lebih dalam 24jam dapat berakibat fatal (Katzung B. G., 2007).  Untuk pasien dengan disfungsi ginjal (klirens kreatin anatar 10 – 50 mL/menit) atau disfungsi hati, tidak ada rekomendasi spesifik untuk penyesuaian dosis kolkisin dalam serangan akut (Ernst M E et al., 2008).

2.3.3.5. Efek samping
            Efek samping kolkisin yang paling sering adalah mual, muntah dan diare dapat sangat menganggu terutama dengan dosis maksimal. Bila efek ini terjadi pengobatan harus segera dihentikan walaupun efek terapi belum tercapai. Gejala saluran cerna tidak terjadi pada pemberian IV dengan dosis terapi, tetapi bila terjadi ekstravasasi dapat menimbulkan peradangan dan nekrosis kulit dan jaringan lemak (Wilmana P F, Sulistia G., 2007). Rute intravena dapat menyebabkan toksisitas sumsum tulang meningkat (Katzung B. G., 2007). Purpura, neuritis perifer, miopati, anuria, alopesia, gangguan hati, reaksi alergi dan kolitis hemoragik jarang terjadi. Reaksi ini umumnya terjadi pada dosis berlebihan dan pemberian IV, gangguan ekskresi akibat kerusakan ginjal dan kombinasi keadaan tersebut. Koagulasi intravaskular diseminata merupakan manifestasi keracunan kolkisin yang berat, timbul dalam 48jam dan sering bersifat fatal. Kolkisin harus diberikan dengan hati – hati pada pasien usia lanjut, lemah atau pasien dengan gangguan ginjal, kardiovaskular dan saluran cerna (Wilmana P F, Sulistia G., 2007).

2.3.3.6. Kontraindikasi
            Kolkisin dikontraindikasikan pada pasien dengan diskrasiasi darah, penyakit jantung berat, penyakit gastrointestinal, gagal hati, penyakit ginjal berat(klirens kreatin <10 data-blogger-escaped-e="" data-blogger-escaped-i="" data-blogger-escaped-m="" data-blogger-escaped-menit="" data-blogger-escaped-ml="" data-blogger-escaped-rnst="">et al.,
2008).
Labels: kesehatan
Back To Top